ndablek.com – Hari ini, PLN Nusantara Power meresmikan rumah ramah lingkungan di desa Kedungbendo, kecamatan Arjosari. Rumah ini, yang merupakan milik Wijiati, seorang warga berusia 80 tahun dari dusun Banyu Anget, dibangun dengan menggunakan fly ash bottom ash (FABA), hasil dari pembakaran batu bara PLTU Jatim 1 Sudimoro Pacitan.
FABA ini memiliki fungsi serupa dengan semen dan telah digunakan oleh PLTU untuk memproduksi batako dan paving. Tak hanya itu, PLTU juga memanfaatkan FABA untuk membuat pupuk dari sampah organik, mendukung prinsip daur ulang dan pengelolaan limbah yang berkelanjutan.
Menanggapi kerusakan akibat gempa di Bantul kemarin, Juli Dwi Harsono, perwakilan PLN Nusantara Power, menyatakan komitmen mereka untuk memberikan bantuan yang layak. Rumah ramah lingkungan ini diharapkan dapat memberikan tempat tinggal yang nyaman dan aman bagi Wijiati, serta menjadi contoh sederhana namun merata di seluruh kabupaten.
“Semoga ibu tidurnya nyenyak dan hanya ini yang bisa kami berikan,”katanya.
Asisten Dua Bidang Perekonomian Setda Pacitan, Eni Setyowati, menyoroti pentingnya pembangunan tidak hanya rumah, tetapi juga jalan desa dan lingkungan berbahan faba. Eni menyampaikan bahwa faba, bahan konstruksi yang digunakan, dianggap lebih kuat dibandingkan semen, memberikan pondasi kokoh untuk pembangunan.
“Kami percaya penggunaan faba akan meningkatkan ketahanan infrastruktur kita. Bahan ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan kekuatan struktural yang luar biasa,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, mantan Kepala Dinas Perijinan dan penanaman modal itu juga menyampaikan terima kasih kepada PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang telah berkontribusi dalam meringankan beban warga. Kontribusi positif PLTU dalam aspek sosial ekonomi di Pacitan menjadi pijakan penting dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan.
Kepala ULP PLN Pacitan Aditya Bimantara mengatakan telah berkolaborasi untuk membangun rumah dan memasang listrik, serta memberikan subsidi listrik kepada mereka yang masuk dalam DTKS, dapat memberikan dampak positif pada masyarakat.
Sementara itu, kisah Wijiati, yang telah menjanda selama 35 tahun setelah kepergian suaminya Slamet. Rumahnya rusak terdampak gempa Bantul, Jogjakarta